Friday, 21 January 2011

Hari Raya Pagerwesi

 
Hari Raya Pagerwesi

Kata “pagerwesi” artinya pagar dari besi. Ini me-lambangkan suatu perlindungan yang kuat. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar jangan mendapat gangguan atau dirusak. Hari Raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak. Nama Tuhan yang dipuja pada hari raya ini adalah Sanghyang Pramesti Guru.
Sanghyang Paramesti Guru adalah nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan untuk melebur segala hal yang buruk. Dalam kedudukannya sebagai Sanghyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia. Hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun, sehingga tanpa arah dan segala tindakan jadi ngawur.
Hari Raya Pagerwesi dilaksanakan pada hari Budha (Rabu) Kliwon Wuku Shinta. Hari raya ini dilaksanakan 210 hari sekali. Sama halnya dengan Galungan, Pagerwesi termasuk pula rerahinan gumi, artinya hari raya untuk semua masyarakat, baik pendeta maupun umat walaka.
"Hari Raya Pagerwesi jatuh setiap 210 hari sekali merupakan rangkaian Hari Raya Saraswati, hari lahirnya ilmu pengetahuan yang jatuh pada Sabtu (27/2) lalu," kata Drs I Ketut Sumadi MSi, dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Rabu.Umat Hindu pada Hari Pagerwesi mengadakan upacara keagamaan dengan menghaturkan sesaji serta rangkaian janur, bunga dan buah-buahan (banten) di tempat suci rumah keluarga masing-masing (merajan).Pagerwesi merupakan "tonggak" untuk mengingatkan umat terhadap Tuhan Yang Maha Esa penguasa alam semesta. Upacara itu dilakukan dengan cara bhakti maupun pengorbanan suci secara tulus ikhlas (yadnya).Umat Hindu pada hari suci terbesar kedua setelah Hari Raya Galungan dan Kuningan (Kemenangan Dharma), juga dimaksudkan untuk memohon keselamatan, kesejahteraan dan bimbingan ke jalan yang benar serta mampu menegakkan kebenaran sesuai ajaran agama dan hati nurani.
 Jika kita boleh mengambil kesimpulan, kiranya Hari Raya Pagerwesi di Indonesia dengan Hari Raya Guru Purnima dan Walmiki Jayanti memiliki semangat yang searah untuk memuja Tuhan dan resi sebagai guru yang menuntun manusia menuju hidup yang kuat dan suci. Nilai hakiki dari perayaan Guru Purnima dan Walmiki Jayanti dengan Pegerwesi dapat dipadukan. Namun bagaimana cara perayaannya, tentu lebih tepat disesuaikan dengan budaya atau tradisi masing-masing tempat. Yang penting adalah adanya pemadatan nilai atau penambahan makna dari memuja Sanghyang Pramesti Guru ditambah dengan memperdalam pemahaman akan jasa-jasa para resi, seperti Resi Vyasa, Resi Walmiki dan resi-resi yang sangat berjasa bagi umat Hindu di Indonesia. Upacara agama Hindu ini untuk menghormati  jagad raya. Upacara ini dimaksudkan untuk menyucikan diri dan memperkuat mental untuk menghadapi tantangan hidup ( angga)